Dalam
kajian masalah sejarah desa Bandung ini penulis akan mengemukakan beberapa
penjelasan dari para narasumber yang telah ditemui dan diwawancarai secara
langsung dalam sebuah forum diskusi yang bertempat di balai desa Bandung. Para
tokoh masyarakat dan narasumber yang hadir dalam forum diskusi tersebut antara
lain :
- Mahfudz Mustofa (Kepala Desa Bandung)
- Ali Murtadlo ( Tokoh masyarakat/ narasumber)
- Ali Mushonif (Tokoh masyarakat/ narasumber)
Sesuai dengan
keterangan dari para narasumber, selajutnya dapat disampaikan sebagai berikut :
- Pelaku “Babat Alas” desa Bandung
Menurut
Mahfudz Mustofa (Kepala Desa Bandung) bahwa orang yang pertama kali melakukan
“Babat Alas” (Pembukaan Hutan) desa Bandung adalah Tumenggung Hadi Kusumo. Hal
ini dibuktikan dengan adanya sebuah makam kuno yang berada di dusun Sumber Suko
yang dikenal dengan nama “Makam Panjang Tumenggung Hadi Kusumo”. Disebut maka
panjang karena makam tersebut panjangnya mencapai kira-kira 5 meter. Sedangkan
Tumenggung Hadi Kusumo sendiri adalah tentara R. Patah yang waktu terjadi
perpindahan kekuasaan dari Mojopahit ke Demak selanjutnya memilih tetap tinggal
dan membuka lahan yang selanjutya menjadi desa Bandung.
- Asal-usul nama desa “Bandung”
Tentang
asal usul nama tersebut, hingga saat ini masih belum ada sumber yang pasti.
Hanya menurut cerita bahwa di desa ini bila ada masalah atau peristiwa misalnya
orang meninggal, ada orang mantu hajatan biasanya terjadi tidak hanya satu kali
tapi berulang dua sampai tiga kali. Berulang dua atau tiga kali itu orang
biasanya mengatakan bandung-bandung atau dobel. Dari kata
bandung-bandung itu akhirnya desa ini disebut dengan desa Bandung.
- Perkembangan desa Bandung dengan beberapa orang yang pernah menjadi Pemimpin/ Lurah/ Kepala Desa dari tahun ke tahun.
Berdasarkan penjelasan dari beberapa
tokoh masyarakat yang dijadikan narasumber ada beberapa kali pergantian
kepemimpinana di desa Bandung yang dimulai tada tahun 1884 sampai sekarang. Secara
rinci berikut ini nama-nama tokoh yang perah menjadi Pemimpin/ Lurah/ Kepala
Desa Bandung beserta perkembanga yang di capai di masa kepemimpinannya :
a. Singo
Setro (tahun 1984 – 1926)
Pada
tahun 19884 – 1926 pemeritahan desa Bandung di pimpin oleh seorang Lurah yaitu
Singo
Setro yang juga dikeal sebagai Mbah Bahu Bandung, yang saat itu berkedudukan di
dusun
Bandung Krajan.
Kondisi
masyarakat dan perkembangannya dapat digambarakan sebagai berikut:
·
Penduduk belum begitu padat, sedangkan mata pencaharian
utama penduduk adalah bertani di sawah dan menanam ubi-ubian (Polo Pendem).
·
Banyak
terdapat sumber air dan pohon-pohon besar.
·
Tabah
bengkok milik Lurah dikerjaka oleh peduduk dengan gotong royong tanpa upah
uang, hanya di beri imbalan makan.
·
Pendidikan
masih sangat minim, hanya terdapat sebuah sekolah rakyat (SR) yang hanya sampai
kelas tiga, sehingga masih banyak penduduk yang buta huruf.
·
Pada tahun 1913 berdiri sebuah pondok pesantren di
Bandung Kencur ( sekarang dusun Sugihwaras). Konon kabarnya pendiri pondok
pesantren ini adalah keturunan pedatang dari Ngadilangu.
- H. Wahid (Tahun 1926 – 1936)
Pada
tahun 1926 -1936 ini desa Bandung dipimpin oleh seorang Lurah yang bernama H.
Wahid yang berkedudukan di desa Gebang Malang.
Pada
masa ini proses pemilihan Lurah dilakukan dengan cara “ Getok-getok Uwi “,
yaitu dengan cara penduduk yang mempunyai hak pilih memilih dengan cara duduk
di belakang calon yang dipilih. Sehingga calon Lurah yang diikuti banyak
pemilih yang berhak menjabat sebagai Lurah. Biasaya pada masa itu yang terpilih
menjadi Lurah adalah orang yang punya ilmu kanuragan dan ilmu perdukunan (punya
kharisma tinggi di masyarakat).
Kondisi
masyarakat dan perkembanganya dapat digambarkan sebagai berikut :
·
Sektor
pertanian mulai berkembang lebih luas, banayk lahan pekarangan yang di jadikan
sawah pertanian.
·
Sumber
air dan pohon-pohon besar masih ada, dan pengairan sawah masih lancar.
·
Tanaman
pangan penduduk sudah berkembang dari yang haya polo pendem menjadi beberapa
macam jenis tanaman pangan seperti padi, polowijo, tebu, nila dan jarak.
·
Pendidikan
masih belum berkembang, sekolah yang ada hanya Sekolah Rakyat (SR) yang hanya
sampai kelas tiga.
·
Agama
islam berkembang dengan pesat, ada pondok pesantren.
·
Tahun
1926 di bangun sebuah masjid di dusun Gebang Malang oleh Kyai Husnan yang
berasal dari Sewulan Madiun. Konon kabarya beliau masih ada hubungan famili
dengan keluaga kerajaan Mataram.
- Karso/ Rono Harjo (Tahun 1936 – 1949)
Pada
tahun 1936 – 1949 ini desa Bandung ini dipimpin oleh seorang Lurah yang bernama
Karso yang di sebut juga Rono Harjo, yang berkedudukan di dusun Gebang Malang.
Kondisi
masyarakat dan perkembangannya dapat di gambarkan sebagai berikut :
·
Mata
pecaharian penduduk sudah bekembang tidak hanya mengandalkan pertanian tetapi sudah
ada yang berdagang.
·
Tanah
bengkok masih dikerjakan seperti pada Lurah-lurah sebelumnya yaitu oleh
penduduk, tetapi sudah ada imbalan uang meskipun kecil.
·
Pada masa pemerintahan Lurah Karso ini untuk menunjang
pertanian sudah mulai di bangun saluran pengairan, sehingga pengairan tanah
pertanian lancar dan sudah ada pengaturan.
·
Pola
hidup gotong royong masih kuat di masyarakat.
·
Perkembangan
agama islam dan pendidikan sudah berkembang. Disamping pondok pesantren juga
sudah ada Sekolah Dasar sampai kelas enam, dan ada juga Madrasah yang berdiri
di desa Bandung.
Juga muncul komoditas pertanian baru sebagai
pengganti Tebu, Nila, dan Jarak yaitu
Tembakau.
- Sari Gufron (tahun 1950 – 1969)
Pada
tahun 1950 – 1969 ini desa Bandung dipimpin oleh Lurah sari Gufron, yang tidak
lain adalah putra dari Lurah sebelumnya yaitu Rono Harjo.
Kondisi
masyarakat dan perkembangannya dapat digambarkan sebagai berikut :
·
Pada
masa ini pemilihan Lurah dilakukan dengan menggunakan Biting (Potongan Kawat
yang di cat separo), pemilih mendapatkan satu potongan kawat. Kewmudian
dimasukkan ke dalam bumbung bambu milik calon yang dipilih.
·
Pada masa ini sudah mulai ada sekolah SLTP yang bertempat
di dusun Bandung Kencur (sekarang dusun Sugihwaras).
·
Pada masa ini juga muncul seorang tokoh masyarakat yaitu
Kyai Masduqi Zyn,. Beliau seorang tokoh agama, juga seorang penasehat hukum,
juga menjadi seorang politikus, bahkan pernah menjabat sebagai ketua DPRD TK II
Kabupaten Jombang saat itu.
·
Irigasi sawah pertanian mulai ada masalah, sumber air
mulai hilang sehingga pengairan sawah pertanian mulai sulit. Bahkan beberapa
upaya dilakukan termasuk perbaikan semua saluran air di masing-masing Dusun.
·
Pada tahun 1965 tepatnya hari Kamis malam Jum’at terjadi
peristiwa G-30 S PKI, yang dampaknya sampai juga di desa Bandung. Karena di
desa Bandung ada seorang tokoh PKI yang pada waktu itu sempat digerebek pemuda
namun lolos.
·
Karena ketentraman peduduk terganggu oleh peristiwa G 30
S PKI itu, maka kegiatan juga keamanan ditingkatkan. Pembangunan pos-pos
keamanan di setiap dukuhan atau dusun, dan setiap malam dilakukan patroli
keliling desa yang dipimpin Lurah.
- Mohammad Cholil (tahun 1969 – 1990)
Pada
tahun 1969 – 1990 desa Bandung dipimpin oleh seorang Lurah yang bernama Mohammad
Cholil yang berdomisili di dusun Sumber Suko.
Kondisi
masyarakat dan perkembangannya dapat digambarkan sebagai berikut :
·
Pada masa ini pengairan untuk lahan pertanian mengalami
kesulitan, pembangunan dan perbaikan saluran air juga dilakukan.
·
Pembangunan Gapura dan Gapura Batas desa dilakukan.
·
Petani
mulai memasang sumur pantek untuk mencukupi kebutuhan air pertanian.
·
Pendidikan
juga berkembang pesat, sudah ada dua bangunan Sekolah Dasar, 5 buah Madrasah
Ibtidaiyah, dan 3 Madrasah Tsanawiyah.
·
Kebanyakan
mata pencaharian penduduk sudah banyak perubahan, yang tua masih bertani
sedangkan yang muda mulai merintis usaha dagang dan kerajinan rumah tangga.
·
Mulai
ada yang berusaha di bidang peternakan ayam Ras dan petelor.
·
Dibangun kantor desa sebagai pusat pelayanan masyarakat.
Sedangkan Lurah-lurah sebelumnya dalam melayani masyarakat masih di rumah
masing-masing.
·
Listrik
mulai masuk ke desa Bandung untuk penerangan rumah-rumah penduduk.
- Machfudz Mustofa (tahun 1990 – 2007)
Mulai
tahun 1990 sampai sekarang desa Bandung dipimpin Kepala desa yang bernama
Machfudz Mustofa. Beliau menjabat sebagai dua periode. Proses pemilihan
dilakuakan dengan cara mencoblos kartu suara yang bergambar photo calon. Pada
masa ini sudah berlaku Undang-undang yang No. 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan
desa, dimana dalam undang-undang ini juga diatur pembatasan masa jabatan Kepala
Desa sampai 8 tahun, dan setelah habis masa jabatannya bisa dipilih kembali
melalui proses pemilihan yang demokratis.
Desa
Bandung sekarang terdiri dari 7 dusun yaitu : dusun Bandung Krajan, Sugih
Waras, Randu Lawang Krajan, Randu Lawang Santren, Gebang Malang, Tanggungan dan
Sumber Suko.
Kondisi
masyarakat dan perkembangannya dapat digambarkan sebagai berikut :
·
Dilakukan revitalisasi organisasi kepemudaan dengan
menghimpun para pemuda dalam organisasi Karang Taruna.
·
Pada tahun 1993 Kepala Desa bersama pemuda Karang Taruna
dan tokoh masyarakat mendirikan sekolah Madrasah Aliyah yang diberi nama
“Madrasah Aliyah Nurul Jadid” yang masih terus berjalan sampai sekarang.
·
Lembaga pendidikan yang ada di desa Bandung hingga
sekarang adalah 2 SDN, 5 MI, 3 MTs, dan 2 Madrasah Aliyah.
·
Pendidikan berkembang pesat, tingkat pendidikan
masyarakatpun meningkat, sudah banyak warga desa Bandung yang lulusan
Sarjana bahkan S2 tidak kurang dari 5 orang.
·
Pemerintah desa Bandung juga memprakarsai dilaksanakan
Pengajian Bersama LMB, LKMD, dan tokoh masyarakat, yang sampai sekarang masih
berjalan lancara bahkan setiap kegiatan dihadiri sekitar 500 sampai 700 orang.
·
Kegiatan kelompok-kelompok Pengajian, Yasinan, Istiqosah,
Tahlila, Pembacaan Manakib berjalan lancar hingga sekarang dengan jadwal
pelaksanaan yang bervariasi ada yang mingguan, bulanan, atau selapanan.
·
Ada kegiatan sosial yang menampung anak-anak yatim di
panti asuhan “Hasyimiah” dan pati asuhan “Darul Aitam”.
·
Dibangun 2 Sumur Dalam (Sumur Tanah) melalui pengeboran
yang semua biaya ditanggung pemerintah melalui program P2AT, sehingga pengairan
pertanian berjalan lancar.
·
Untuk menunjang perekonomian rakyat dibangun pasar desa
pada tahun 1996 yang terdiri dari 152 kios semi permanen dan 16 buah toko
permanen dengan menggunakan dana Swadaya Murni masyarakat. Hal ini dilakukan
juga dalam rangka mensukseskan program Gubernur Jawa Timur Basofi Sudirman
yaitu “Gerakan Kembali Ke Desa (GKD).
·
Pembangunan
Bank Kredit Desa (BKD) untuk membantu pedagang kecil dan Kerajinan Rumah
Tangga. BKD ini merupakan program PEMDA Jombang yang bekerja sama dengan BRI,
yang untuk desa Bandung ekarng asetnya tidak kurang dari Rp. 250 Juta.
·
Pembangunan
balai desa berbetuk pendopomirip dengan pendopo kecamatan dengan ukuran 12 x 12
dan tinggi 5 meter, serta perluasan Kantor desa guna meningkatkan pelayanan
masyarakat..
·
Pembangunan
saluran air, drainase, jembatan dan buk deker di beberapa dusun.
·
Pembangunan
jalan aspal sepajang 1500 meter dengan dana swadaya dan bantuan aspal dari
pemerintahan Kabupaten Jombang.
·
Jaringan
telepon sudah masuk sampai ke pelosok desa Bandung, sehingga mempermudah
komunikasi warga dengan dunia luar sehingga dapat memacu pertumbuhan ekonomi
masyarakat.
- M. Maksum (2007 – 2013)
- Muhammad Fathoni (2013-sekarang)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar